Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Kementerian Perindustrian RI, yang diwakili Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri ( PPKVI) Ibu Iken Retnowulan belum lama ini-Pada acara Mapping Riset Untuk Menemukan Novelty, State Of Art dan Research Gap Pada Penelitian, kemarin tanggal 14 Oktober 2020, secara virtual, diikuti pejabat dari BPSDMI dan beberapa dosen diperguruan tinggi negeri dan swasta.
Iken Retnowulan mengatakan sektor industri manufaktur merupakan primover perekonomian bangsa. Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi Pandemi Covid-19 yang berdampak luas terhadap sektor ekonomi termasuk sektor industri nasional. Beberapa hal yang dapat kita cermati saat ini, adalah:
Dari sisi kontribusi terhadap PDB mengalami peningkatan menjadi 17,83% pada semester I tahun 2020, yang juga tetap menjadi sektor penyumbang PDB terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya.
Pada semester I ini, sektor industri tetap menjadi penyumbang pajak terbesar yaitu 145,3 Triliun atau 29% dari pendapatan pajak nasional.
Sementara itu, pada bulan September lalu, sektor industri juga mulai menunjukkan aktivitas ekspansi jika kita lihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 47,2. Meskipun menurun dibandingkan Agustus 2020 yang sebesar 50,8 yang disebabkan oleh adanya penerapan kembali tindakan pembatasan sosial
Selama masa pandemi
Iken Retnowulan mengungkapkan pula Kementerian Perindustrian mendorong industri untuk menjaga aktivitas produksinya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sampai 11 Oktober 2020, Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Indstri (IOMKI) telah di berikan kepada 18.183 perusahaan sehingga 5,1 juta orang tenaga kerja di sektor industri terlibat di dalamnya, di mana 85% di antaranya berada di Pulau Jawa. Sanksi juga diberlakukan kepada 185 perusahaan karena tidak mematuhi aturan dan protokol kesehatan sehingga IOMKI dicabut setelah dilakukan evaluasi baik dari sisi tertib administrasi perusahaan maupun pelanggaran terhadap protokol kesehatan,
Selain kebijakan IOMKI, Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasi ada 9 (sembilan) isu utama dalam mendorong pembangunan industri yaitu (1) permasalahan bahan baku; (2) Kurangnya Infrastruktur; (3) Kurangnya utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah industri; (4) Kurangnya tenaga ahli skill dan supervisor serta superintendant; (5) Tekanan produk impor; (6) Limbah industri; (7) Industri Kecil dan Menengah (IKM) masih mengalami kendala seperti akses pembiayaan, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, mesin peralatan yang tertinggal, hingga pemasaran (8) Permasalahan logistik sektor industri; dan (9) Permasalahan data industri yang belum akurat. Khusus untuk, penyediaan tenaga ahli skill dan supervisor serta superintendant, upaya penyelesaiannya dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli dan tenaga kerja industri melalui program link and match.
Kebebasan Akademik dan Mimbar
Untuk menjamin tumbuhnya sebuah tradisi akademik mensyaratkan adanya dua jenis kebebasan yaitu kebebasan akademik (Academic freedom) dan kebebasan mimbar akademik (The freedom of academic deis). Kebebasan akademik adalah kebebasan yang menjamin para dosen dan mahasiswa (Civitas akademica) untuk saling menyampaikan, mempertahankan, dan menguji pandangan dan penemuan ilmiahnya dalam hubungan yang setara dan dalam suasana kesejawatan. Sedang kebebasan mimbar akademik adalah kebebasan yang menjamin para dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan pandangan dan temuan ilmiahnya kepada masyarakat luas, yang memberi peluang kepada masyarakat utuk menguji, menerima, mengadopsi dan bahkan mengikuti pandangan dan temuan ilmiah itu.
Untuk saat ini, harus kita akui, bahwa tradisi akademik untuk melaksanakan penelitian terapan dan menghasilkan karya tulis ilmiah, belum menjadi tradisi akademik yang kuat pada Politeknik dan Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian. Jika kita lihat pada Science and Technology Index (SINTA) Indonesia, dari 8 Politeknik yang ada, rata-rata kita berada diperingkat 750 secara nasional, dan hanya ada 3 Politeknik yang berada peringkat 500an.
Memberikan Fasilitas
Menurut Iken Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, memberikan beberapa fasilitas bagi dosen-dosen di lingkungan Kementerian Perindustrian, yang meliputi:Fasilitas penulisan karya tulis ilmiah melalui Sarana Penelitian Industri Terapan (SPIRIT). Pada tahun ini, BPSDMI memfasilitasi 2 kelompok penelitian di Politeknik ATIM dari total 15 penelitian yang difasilitasi.
Fasilitasi pengurusan usulan paten dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) lainnya ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pelaksanaan magang teknis bagi dosen-dosen di lingkungan Kementerian Perindustrian, untuk memperkaya wawasan keilmuan industri secara teknis dan menganalisis pelaksanaan penelitian terapan di industri tersebut.
Selain itu, pada tahun ini Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, juga melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap Unit Pelayanan Teknis (UPT) untuk penelitian di Politeknik dan Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian yang bertujuan sebagai berikut:
Mengetahui kesiapan masing-masing Politeknik/Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam melakukan kegiatan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M);
Mengetahui kesiapan masing-masing Politeknik/Akademi Komunitas melakukan layanan laboratorium bagi masyarakat industri;
Mengetahui kemampuan dan potensi pengembangan layanan Politeknik/Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh pihak lain secara komersial; dan
Mendapatkan masukan bagi pemangku kebijakan dalam pengelolaan Politeknik/Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Pada akhirnya, dari monitoring dan evaluasi tersebut, BPSDMI akan melakukan klustering pada masing-masing Politeknik dan Akademi Komunitas untuk menyiapkan Roadmap atau peta jalan pengembangan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat di Politeknik dan Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Melalui Kegiatan Penelitian
Melalui kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang dilaksanakan oleh sivitas akademika Politeknik ATIM, diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat industri. Setiap kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh sivitas akademika Politeknik ATIM hendaklah memenuhi 8 standar nasional penelitian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian, selain memenuhi kebutuhan industri akan hasil dari penelitian terapan, kita juga dapat meningkatkan penyelenggaraan administrasi penelitian yang lebih baik.
Politeknik ATIM di Harapkam melalui Teaching Factory
Politeknik ATIM diharapkan juga mulai melaksanakan penelitian melalui Teaching Factory, terutama dalam memproduksi bahan-bahan dan alat-alat kesehatan untuk pencegahan Covid-19. Saya berharap Politeknik ATIM melakukan inovasi dengan berkolaborasi dengan Politeknik lainnya untuk melaksanakan penelitian unggulan yang dapat dinikmati masyarakat industri. Dan tidak lupa, untuk menyiapkan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian tersebut, tidak hanya untuk publikasi nasional, akan tetapi juga untuk publikasi internasional, serta penyiapan untuk diusulkan patennya.
Akhirnya Iken Retnowulan dia berharap kepada Politeknik ATIM agar webinar yang diselenggarakan pada hari ini dapat terus dilanjutkan dengan webinar berikutnya, dengan menggali kembali kebutuhan-kebutuhan, tantangan, kesiapan serta keberlanjutan Politeknik ATIM untuk publikasi internasional.
Sementara itu, Direktur Politeknik ATI Makassar Muhammad Basri mengungkapkan acara Webinar Penulisan Ilmiah dengan tema “Mapping Riset untuk menemukan Novelty, State of Art, dan Research Gap pada Penelitian”.
Acara webinar ini merupakan salah satu rangkaian acara yang diselenggaran oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik ATI Makassar dan akan dilanjutkan dengan Seminar Nasional Teknologi Industri (SNTI) ke VII, yang Insya Allah akan dilaksanakan pada 09 November 2020 mendatang. acara ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu survei oleh Scientific American di tahun 1994 menunjukkan bahwa kontribusi ilmuwan Indonesia pada khasanah pengembangan dunia ilmu setiap tahunnya hanyalah sekitar 0.012%, yang jauh berada di bawah Singapura yang berjumlah 0.179%, apalagi kalau dibandingkan dengan USA yang besarnya lebih dari 25%.
Data yang hampir sama, yang dilaporkan oleh Science Direct, Elsevier menunjukkan bahwa sejak tahun 1996 output riset Indonesia adalah 500an dan hingga 2007 tetap masih kurang dari 1000 paper, sama dengan Filippina dan Vietnam, sementara Thailand sudah berada pada 1000an pada tahun 1996 dan melonjak mencapai 5500an pada tahun 2007. Malaysia pada tahun 1996 mempunyai output riset 1000an dan meningkat menjadi 3500an pada tahun 2007. Angka ini kembali lagi menguatkan rendahnya output riset ilmuwan Indoensia dalam bentuk publikasi ilmiah. Rendahnya publikasi ilmiah peneliti di perguruan tinggi di Indonesia di jurnal ilmiah bereputasi internasional merupakan faktor penting terhalangnya perguruan tinggi Indonesia masuk ke world class university.
Berdasarkan kondisi yang ada selama ini, untuk memacu peneliti atau penulis dalam mempublikasikan hasil karyanya di tingkat Internasional, Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik ATI Makassar mengadakan Webinar dengan tema “Mapping Riset untuk menemukan Novelty, Stateqq of Art, dan Research Gap pada Penelitian”.
Dan salah satu kegiatan pengembangan program kerja UPPM Politeknik ATI Makassar. Acara ini diikuti oleh sekitar 500 orang peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia secara online via Zoom Cloud Meeting dan disiarkan secara langsung melalui Channel Resmi Youtube Politeknik ATI Makassar.
Basri pula mengungkapkan Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi adalah melalui peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi. Peranan perguruan tinggi dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya berasal dari kontribusi lulusannya yang bermutu, akan tetapi juga dari hasil penelitiannya yang relevan terhadap pengembangan keilmuan dan kebutuhan pembangunan. Hasil-hasil penelitian atau artikel ilmiah perlu disebarluaskan kepada para peneliti lain maupun masyarakat pengguna, termasuk industri yang langsung dapat memanfaatkannya.
Kemampuan menulis masyarakat ilmiah di Indonesia dirasakan masih belum optimum sehingga kemauan untuk menulis artikel ilmiah yang dipublikasikan masih terus harus dipacu. Publikasi hasil-hasil penelitian para Akademisi masih dinilai sangat kecil untuk dipublikasikan di Jurnal Internasional.
Dengan adanya kegiatan Webinar Penulisan Ilmiah ini, Basri berharap dapat menjadi upaya aktif perguruan tinggi untuk mendukung Indonesia dalam publikasi jurnal ilmiah bereputasi internasional dan masuk ke world class university. Selain itu untuk memberikan dasar-dasar teknis penulisan artikel ilmiah di jurnal internasional bagi internal dosen dan peneliti, juga sekaligus memberikan dorongan kepada para dosen dan peneliti untuk melakukan publikasi hasil penelitiannya,kunci Basri lagi.(*)