MAKASSAR-Program studi Teknik Kimia Mineral (TKM), Politeknik ATI Makassar menyelenggarakan webinar bertajuk ‘Potensi Nikel sebagai Sumber Energi Masa Depan’, Kamis (15/7/2021).
Webinar ini menghadirkan dua pemateri, yakni Founder of National Battery Research Institute (NBRI) Prof Dr. rer nat Evvy Kartini dan Ketua Umum Asosiasi Profesi Metalurgi Indonesia (PROMETINDO) Ir Bouman T. Situmorang MT, IPU.
Selain mahasiswa TKM Politeknik ATIM, webinar tersebut juga diikuti ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi, instansi pemerintah, dan industri. Antara lain Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sumatera, Universitas Hasanuddin (Unhas), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), PT Koninis Fajar Mineral, PT Gunbuster Nikel Industri, PT Sucofindo, dan lain sebagainya.
Dalam sambutannya, Direktur Politeknik ATI Makassar, Muhammad Basri memberikan apresiasi kepada prodi Teknik Kimia Mineral yang telah melaksanakan kegiatan webinar ini. Menurutnya, melalui webinar ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menambah wawasan mereka, baik hard skill maupun softskill.
Menurutnya, kemampuan hard skill dan soft skill yang diberikan kepada mahasiswa diharapkan dapat menjadi modal untuk melahirkan tenaga kerja industri yang kompeten, unggul, dan berdaya saing.
“Kemampuan hardskill telah diberikan melalui proses belajar mengajar di kampus. Sementara peningkatan softskill salah satunya dilakukan melalui kegiatan webinar hari ini,”katanya.
Pada kesempatan tersebut, Basri juga menyinggung terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel oleh pemerintah Indonesia. Pasalnya, bijih nikel yang diekspor masih dalam bentuk mentahan dengan nilai tambah yang relatif kecil.
Potensi bijih nikel di Indonesia pun dinilai akan menjadi sangat berharga di masa yang akan datang mengingat pesatnya perkembangan kendaraan listrik. Selama dua dekade terakhir, kadar nikel dalam komponen bahan baku utama baterai kendaraan listrik pun terus ditambah.
Ia pun berharap, dengan mengikuti webinar ini, mahasiswa Politeknik ATI Makassar maupun peserta lainnya mendapat wawasan terkait potensi nikel sebagai sumber energi di masa depan.
Sementara itu, Prof Evvy dalam materinya menyampaikan, Indonesia menjadi negara produsen nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia berpotensi menghasilkan sumber energi terbarukan berupa baterai lithium. Di mana, penyusun dari katoda pada baterai lithium 80 persen menggunakan nikel, 10 persen mangan, dan 10 persen cobalt.
“Baterai lithium menghasilkan energi yang besar, penggunaannya tahan lama, dan ramah lingkungan dengan mengurangi emisi CO2 dan efek rumah kaca. Oleh karena itu, kata Prof Evvy, diperlukan wadah agar Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam penyediaan baterai lithium,”katanya.
Hal senada juga dikemukakan, Bouman T Situmorang. Menurutnya, nikel dalam baterai membantu memberikan energi densitas lebih tinggi dan kapasitas penyimpanan lebih besar dengan biaya lebih rendah.