MAKASSAR-Direktur Politeknik ATI Makassar melakukan audiensi bersama Ketua Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK), Budi Priatna secara virtual, Senin (29/11/2021).
Dalam audirensi tersebut Basri didampingi Pembantu Direktur III Arminas dan Sekretaris Unit Career Development Center (CDC) Massriyady Massaguni.
Basri mengatakan audiensi ini dilakukan untuk mengenalkan program kerja Politeknik ATI Makassar dalam rangka proses penjajakan kerjasama dengan APEK.
Pada kesempatan tersebut Basri menyampaikan Politeknik ATI Makassar merupakan salah satu unit pendidikan vokasi industri di bawah naungan Kementerian Perindustrian yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan SDM industri yang kompeten.
Hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah dalam penyiapan tenaga kerja industri yang link and match dengan industri.
Untuk menghasilkan SDM industri yang kompeten, Basri menjelaskan, model pembelajaran Politeknik ATI Makassar memakai pendekatan 3 in 1, yaitu pendidikan vokasi berbasis spesialisasi dan kompetensi di bidang teknologi industri manufaktur, melaksanakan sertifikasi kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), dan menempatkan lulusan sesuai dengan bidang keahlian melalui unit CDC.
“Politeknik ATI Makassar juga menerapkan pembelajaran berbasis Teaching Factory. Di mana, empat program studi binaan Politeknik ATI Makassar harus berbasis produk/jasa yang berstandar industri,”tambahnya.
Politeknik ATI Makassar menggunakan kurikulum dual system yang disusun sesuai dengan kebutuhan industi, di mana mahasiswa akan mendapat pengalaman di industri selama dua semester.
Tak hanya menyiapkan calon tenaga kerja industri yang kompeten, Politeknik ATI Makassar juga berperan dalam menumbuhkan wirausaha industri melalui Unit Inkubator Bisnis Teknologi Industri dan mendapat pendampingan dari Unit Teaching Factory.
Mendengar pemaparan Basri, Budi Priatna mengapresiasi segala program yang telah dilakukan Politeknik ATI Makassar. Menurutnya, apa yang telah dilakukan Politeknik ATI Makassar sangat dibutuhkan dalam membangun SDM industri yang handal.
Pasalnya, pihaknya masih menemukan adanya gap antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia industri.
“Terus terang ini menjadi isu yang masih ada saat ini, di mana kami dari dunia industri sering mendapat kendala karena pada saat melakukan rekrutmen, lulusan dari perguruan tinggi tidak memiliki skill yang cukup sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di industri,”jelasnya.
APEK pun juga telah bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia untuk mengembangkan hardskill dan softskill para mahasiswa. (*)